Senin, 28 Mei 2012

BERHALA BUKANLAH PATUNG



Pendidikan memang menciptakan suatu pola pikir (mindset) yang terkadang sulit sekali untuk dirubah, apalagi pendidikan yang kita dapatkan sewaktu kita kecil. Ingatan akan suatu konsep yang diajarkan ketika kita kecil, seakan bagaikan terpatri di dalam jiwa dan sulit dihilangkan.

Begitu pula dengan konsep berhala. Berhala sewaktu kita kecil diajarkan sebagai patung, sebagaimana terdapat dalam cerita Nabi Ibrahim. Dampaknya, banyak sekali pemuka agama yang melarang pembuatan patung. Di rumahnya orang Islam, tidak boleh ada patung, karena dianggapnya bisa mengarah kepada berhala.

Di dalam al Quran, berhala tidak dimaksudkan sebagai patung, berhala dimaksudkan sebagai Tuhan selain Allah. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, Tuhan adalah segala sesuatu yang dominan di hati dan pikiran, sementara Allah adalah Dzat Maha Dahsyat Kasih Sayang. 

Bukti manusia menuhankan Allah adalah ketika yang dominan di hati dan pikirannya adalah sifat ar Rahman yaitu sifat kasih sayang yang merahmati seluruh alam semesta. Bukti manusia menuhankan Allah adalah ketika tujuan hidupnya semata-mata mengabdi kepada Allah untuk mencapai keridhaan Allah yang identik dengan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.

Ketika pekerjaan menjadi sesuatu yang dominan di hati dan pikiran kita, maka dialah berhala kita. Ketika anak menjadi sesuatu yang dominan di hati dan pikiran kita, maka dialah berhala kita. Ketika ucapan seseorang pemuka agama atau oknum manusia menjadi sesuatu yang dominan di hati dan pikiran kita, maka dialah berhala kita. 

Ajaran menuhankan selain Allah ini pastilah dibawa orang-orang. Berhala itu pada dasarnya adalah manusia yang lain seperti kita yang membawa ajaran menyembah selain Allah, sebagaimana disebutkan dalam Surat 7:194, Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah berhala-berhala itu lalu biarkanlah mereka mmperkenankan permintaanmu, jika kamu memang orang-orang yang benar.

Mungkin banyak yang protes bahwa patung juga termasuk berhala, seperti terdapat dalam cerita Nabi Ibrahim. Tetapi apakah mungkin ajaran menyembah patung dibawa oleh patung itu sendiri yang tidak bisa berbicara. Ajaran menyembah patung pastilah dibawa orang-orang.
Pada akhirnya, sebagian besar manusia dalam hidupnya meskipun mengaku bersyahadat namun mereka menyembah berhala dan sedang mempersekutukan Allah, sebagaimana disebutkan dalam Surat 30:42, Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)."  

Pada akhirnya, jika kita dalam hidup ini menuhankan berhala, maka Allah akan memanggil berhala-berhala tersebut menjadi saksi yang memberatkan dan tidak dapat dipersalahkan, sebagaimana disebutkan dalam Surat 25:17-19, Dan (ingatlah) suatu hari (ketika) Allah menghimpunkan mereka beserta apa yang mereka sembah selain Allah, lalu Allah berkata (kepada yang disembah); "Apakah kamu yang menyesatkan hamba-hamba-Ku itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan (yang benar)?." Mereka (yang disembah itu) menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagi kami mengambil selain engkau (untuk jadi) pelindung, akan tetapi Engkau telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan hidup, sampai mereka lupa mengingati (Engkau); dan mereka adalah kaum yang binasa." maka sesungguhnya mereka (yang disembah itu) telah mendustakan kamu tentang apa yang kamu katakan maka kamu tidak akan dapat menolak (azab) dan tidak (pula) menolong (dirimu), dan barang siapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar. Terlihat jelas bahwa berhala itu bukan patung, tetapi berwujud jin dan manusia karena tidak mungkin Allah berdialog dengan patung.

Pada akhirnya, jika kita dalam hidup ini menjadi pengikut oknum tertentu atau mengidolakan oknum tertentu, baik pemuka agama, sahabat karib atau lainnya, maka kita akan dipersatukan dengan berhala-berhala tersebut dan kita akan saling menyalahkan. Pada akhirnya, jika kita dalam hidup ini mengikuti ajaran iblis dan syaithan, maka kita akan dipersatukan dengan iblis dan syaithan tersebut dan mereka akan berkelit bahwa itu bukan kesalahan mereka tetapi kesalahan kita sendiri yang mempersekutukan Allah sehingga kita menjadi jatah makanan iblis dan syaithan, sebagaimana disebutkan dalam Surat 14:22, Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: "Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri." Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu." Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.

Oleh karena itu, marilah kita waspada kepada oknum-oknum manusia, sekalipun dia pemuka agama, sahabat dekat atau orang-orang yang kita anggap dekat dengan Tuhan, untuk tidak menjadikannya sebagai berhala-berhala dan marilah kita menuhankan Allah dengan murni dengan mengikuti apa yang menjadi ajaran-Nya dalam al Kitab, sebagaimana disebutkan dalam Surat 39:2-3, Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya." Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.

Kewaspadaan ini sebaiknya kita lakukan setiap saat. Ada cerita seorang teman bahwa kerabatnya yang sedang sakratul maut pernah didatangi sosok gurunya yang mengajaknya untuk ikut serta dengan dirinya dan mengikuti dirinya. Jika ketika itu kerabatnya mengikuti oknum ini, maka jadilah kerabat teman saya ini orang yang mempersekutukan Allah. 

Saya termasuk yang tidak setuju bahwa manusia yang mati mengucapkan syahadat “Laa ila ha illallah Muhammadur Rasullulah” akan masuk surga karena Fir’aun ketika mati juga mengucapkan syahadat, sebagaimana disebutkan dalam Surat 10:90, Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." 

Namun saya setuju bahwa jika selama hidup kita menuhankan Allah dengan sikap dan perbuatan, termasuk menolak ajaran menyembah berhala-berhala selama hidup hingga sakratul maut, maka kita akan diberikan kesejahteraan selalu di dunia dan akhirat.

Waspadalah!! Waspadalah!!

0 komentar:

Posting Komentar