Pendidikan memang menciptakan suatu pola
pikir (mindset) yang terkadang sulit sekali untuk dirubah, apalagi
pendidikan yang kita dapatkan sewaktu kita kecil. Ingatan akan suatu konsep
yang diajarkan ketika kita kecil, seakan bagaikan terpatri di dalam jiwa dan
sulit dihilangkan.
Begitu pula dengan konsep berhala. Berhala
sewaktu kita kecil diajarkan sebagai patung, sebagaimana terdapat dalam cerita
Nabi Ibrahim. Dampaknya, banyak sekali pemuka agama yang melarang pembuatan
patung. Di rumahnya orang Islam, tidak boleh ada patung, karena dianggapnya
bisa mengarah kepada berhala.
Di dalam al Quran, berhala tidak dimaksudkan
sebagai patung, berhala dimaksudkan sebagai Tuhan selain Allah. Sebagaimana
telah dibahas sebelumnya, Tuhan adalah segala sesuatu yang dominan di hati dan
pikiran, sementara Allah adalah Dzat Maha Dahsyat Kasih Sayang.
Bukti manusia menuhankan Allah adalah ketika
yang dominan di hati dan pikirannya adalah sifat ar Rahman yaitu sifat kasih
sayang yang merahmati seluruh alam semesta. Bukti manusia menuhankan Allah
adalah ketika tujuan hidupnya semata-mata mengabdi kepada Allah untuk mencapai
keridhaan Allah yang identik dengan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun.
Ketika pekerjaan menjadi sesuatu yang dominan
di hati dan pikiran kita, maka dialah berhala kita. Ketika anak menjadi sesuatu
yang dominan di hati dan pikiran kita, maka dialah berhala kita. Ketika ucapan
seseorang pemuka agama atau oknum manusia menjadi sesuatu yang dominan di hati
dan pikiran kita, maka dialah berhala kita.
Ajaran menuhankan selain Allah ini pastilah dibawa
orang-orang. Berhala itu pada dasarnya adalah manusia yang lain seperti kita
yang membawa ajaran menyembah selain Allah, sebagaimana disebutkan dalam Surat
7:194, Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah
makhluk (yang lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah berhala-berhala
itu lalu biarkanlah mereka mmperkenankan permintaanmu, jika kamu memang
orang-orang yang benar.
Mungkin banyak yang protes bahwa patung juga
termasuk berhala, seperti terdapat dalam cerita Nabi Ibrahim. Tetapi apakah
mungkin ajaran menyembah patung dibawa oleh patung itu sendiri yang tidak bisa
berbicara. Ajaran menyembah patung pastilah dibawa orang-orang.
Pada akhirnya, sebagian besar manusia dalam
hidupnya meskipun mengaku bersyahadat namun mereka menyembah berhala dan sedang
mempersekutukan Allah, sebagaimana disebutkan dalam Surat 30:42, Katakanlah:
"Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang
mempersekutukan (Allah)."
Pada akhirnya, jika kita dalam hidup ini
menuhankan berhala, maka Allah akan memanggil berhala-berhala tersebut menjadi
saksi yang memberatkan dan tidak dapat dipersalahkan, sebagaimana disebutkan
dalam Surat 25:17-19, Dan (ingatlah) suatu hari (ketika) Allah menghimpunkan
mereka beserta apa yang mereka sembah selain Allah, lalu Allah berkata (kepada
yang disembah); "Apakah kamu yang menyesatkan hamba-hamba-Ku itu, atau
mereka sendirikah yang sesat dari jalan (yang benar)?." Mereka (yang
disembah itu) menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagi kami
mengambil selain engkau (untuk jadi) pelindung, akan tetapi Engkau telah
memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan hidup, sampai mereka lupa
mengingati (Engkau); dan mereka adalah kaum yang binasa." maka
sesungguhnya mereka (yang disembah itu) telah mendustakan kamu tentang apa yang
kamu katakan maka kamu tidak akan dapat menolak (azab) dan tidak (pula)
menolong (dirimu), dan barang siapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya
Kami rasakan kepadanya azab yang besar. Terlihat jelas bahwa berhala itu
bukan patung, tetapi berwujud jin dan manusia karena tidak mungkin Allah
berdialog dengan patung.
Pada akhirnya, jika kita dalam hidup ini
menjadi pengikut oknum tertentu atau mengidolakan oknum tertentu, baik pemuka
agama, sahabat karib atau lainnya, maka kita akan dipersatukan dengan
berhala-berhala tersebut dan kita akan saling menyalahkan. Pada akhirnya, jika
kita dalam hidup ini mengikuti ajaran iblis dan syaithan, maka kita akan
dipersatukan dengan iblis dan syaithan tersebut dan mereka akan berkelit bahwa
itu bukan kesalahan mereka tetapi kesalahan kita sendiri yang mempersekutukan
Allah sehingga kita menjadi jatah makanan iblis dan syaithan, sebagaimana
disebutkan dalam Surat 14:22, Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan
berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah
kepada orang-orang yang sombong: "Sesungguhnya kami dahulu adalah
pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah
(walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: "Seandainya Allah memberi
petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja
bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai
tempat untuk melarikan diri." Dan berkatalah syaitan tatkala perkara
(hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu
janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku
menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan
(sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu
janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku
sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat
menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku
(dengan Allah) sejak dahulu." Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu
mendapat siksaan yang pedih.
Oleh karena itu, marilah kita waspada kepada
oknum-oknum manusia, sekalipun dia pemuka agama, sahabat dekat atau orang-orang
yang kita anggap dekat dengan Tuhan, untuk tidak menjadikannya sebagai
berhala-berhala dan marilah kita menuhankan Allah dengan murni dengan mengikuti
apa yang menjadi ajaran-Nya dalam al Kitab, sebagaimana disebutkan dalam Surat
39:2-3, Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan
(membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari
syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):
"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami
kepada Allah dengan sedekat- dekatnya." Sesungguhnya Allah akan memutuskan
di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah
tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.
Kewaspadaan ini sebaiknya kita lakukan setiap
saat. Ada cerita seorang teman bahwa kerabatnya yang sedang sakratul maut
pernah didatangi sosok gurunya yang mengajaknya untuk ikut serta dengan dirinya
dan mengikuti dirinya. Jika ketika itu kerabatnya mengikuti oknum ini, maka
jadilah kerabat teman saya ini orang yang mempersekutukan Allah.
Saya termasuk yang tidak setuju bahwa manusia
yang mati mengucapkan syahadat “Laa ila ha illallah Muhammadur Rasullulah” akan
masuk surga karena Fir’aun ketika mati juga mengucapkan syahadat, sebagaimana
disebutkan dalam Surat 10:90, Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi
laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak
menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir
tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan
Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang
berserah diri (kepada Allah)."
Namun saya setuju bahwa jika selama hidup
kita menuhankan Allah dengan sikap dan perbuatan, termasuk menolak ajaran
menyembah berhala-berhala selama hidup hingga sakratul maut, maka kita akan
diberikan kesejahteraan selalu di dunia dan akhirat.
Waspadalah!! Waspadalah!!
0 komentar:
Posting Komentar